My Dendilion

 

 

Title : My Dendilion [VIGNETTE]

Author : Kim Hyera

Main Cast :

• Choi Siwon
• Im Yoona

Rating : PG-13

Genre : Romance

Lenght : Vignette

A/N: Annyeooongggg author Kim Hyera comeback setelah sekian lama menghilang. Sebenernya udh mau comeback dari kmaren-kemaren. Tapiiii laptop bermasalah dan saya hampir di pecat dari blog iniiii huaaa gak mauuuuu. Jadi ini ff comeback aku. Semoga suka ya. Ini idenya udh lama aku ketik, semoga gak mengecewakan meskipun pendek. Happy Reading yaahhh :*

***

“Hey, kau bisa kejar aku?”

“Jangan berlari terlalu kencang Yoona-ah!”

“Lihatlah!! Disini bunganya semakin banyak!”

“Yak! Sudah kubilang jangan berlari terlalu kencang!”

“Kau berisik Siwon-ah, diam dan ikuti aku!”

Masih dengan berseragam sekolah menengah pertamanya, dua anak manusia itu berlari-lari di padang rumput luas berteman dengan angin sore yang berhembus lembut. Kaki kaki lincah mereka berlari mengelilingi padang rumput tersebut sembari bergandengan tangan kemudian berbaring di bawah sebuah pohon besar berdaun rindang.

“Ah aku lelah.” Yoona menolehkan kepalanya ke arah Siwon yang berbaring di sampingnya. Memperhatikan lelaki itu dengan lekat kemudian membuang mukanya lagi. “Sudah sore, lebih baik kita pulang sekarang Siwon-ah,” lanjut Yoona kembali menggendong tas sekolahnya.

“Tunggu sebentar lagi, aku masih ingin disini,” ucap Siwon kemudian menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar tempat mereka melepas lelah.

“Tapi bibi bisa marah kalau aku terlalu lama bermain. Kita belum pulang ke rumah sejak pulang sekolah tadi,” Yoona mengerucutkan bibir tipisnya.

“Aku tahu, kau tenang saja lah. Kalau bibi mu marah, bilang saja padaku,” ucap Siwon santai diiringi senyuman manisnya.

“Ah! Kau selalu seperti itu,” ejek Yoona kemudian ikut menyandarkan tubuhnya di batang pohon, sama seperti Siwon.

Siwon dan Yoona memandang lurus kedepan. Sejauh mata memandang hanya tampak rerumputan yang banyak di tumbuhi bunga Dandelion. Siwon mengambil setangkai bungan dandelion dan meniupnya. Benih bunga kecil bertopi putih itu terbang bebas mengikuti arah angin, membuatnya tampak indah di bawah lukisan langit senja.

Yoona memperhatikan benih bunga tersebut yang kemudian hilang terbawa angin. Tak pernah bosan ia menghabiskan waktu di padang rumput ini, bersama Siwon tentunya. Meniup banyak bunga dandelion kesukaannya berteman angin sore sebelum pulang ke rumah.

“Bisakah kau menebak, kemana benih bunga dandelion itu akan kembali tumbuh Yoong?” tanya Siwon dengan panggilan sayangnya kepada Yoona.

Yoona menatap Siwon bingung, “Entahlah, mereka terlalu pasrah mengikuti arah angin. Mungkin mereka kembali tumbuh di tempat yang sangat jauh,” jawab Yoona.

“Mereka terlalu rapuh saat di terpa angin,” lanjut Siwon.

“Tapi bukankah mereka mencoba menjadi kuat? Lihatlah, mereka hanya bergoyang-goyang saat angin bertiup.” Yoona menunjuk rerumputan dandelion di hadapannya.

“Ya, meskipun terlihat sangat rapuh, tak ada semangat hidup. Sama seperti kau.”

Yoona terdiam mendengar ucapan Siwon. Sesungguhnya ia tak mengerti dengan apa yang Siwon ucapkan barusan. Yang ia tahu bahwa memang dirinya tidak sekuat anak-anak perempuan seusianya. Ia lebih sering berdiam diri seperti tanpa semangat hidup. Ya, setelah kepergian orangtuanya ia merasa tak punya tempat bersandar lagi.

Hanya Siwon…

Hanya Siwon yang mampu membuat lengkungan manis itu kembali terlukis di bibir Yoona. Senyuman manis yang telah lama menghilang setelah kepergian orang terkasih dari gadis cantik itu.

Siwon tak tahu kapan tepatnya ia mulai jatuh cinta pada Yoona. Cinta monyet yang terjalin di usia mereka yang masih sangat remaja ini. Melihat Yoona yang sering berdiam diri menggugah hati kecil Siwon untuk menemani.

***

Musim gugur itu telah berlalu lama. Siang itu jam istirahat sekolah dan Siwon yang tengah bosan hanya berjalan-jalan santai di taman sekolah. Saat itu minggu terakhir sekolah sebelum liburan musim gugur di mulai. Taman sekolah memang sepi, banyak yang menghabiskan waktu untuk jajan di kantin atau sekedar duduk-duduk santai di dalam kelas.

Siwon mendudukkan tubuhnya di bangku taman sekolah dan saat itu juga pandangannya terpaku pada seorang gadis yang tengah memainkan daun-daun yang gugur di atas telapak tangannya. Memandang lekat sosok berparas cantik itu dalam diam membuat Siwon tak tahan. Ia mulai berjalan mendekat.

Siang itu mereka berkenalan, canggung dan malu yang di rasakan keduanya. Siwon semakin penasaran dengan Yoona yang tersipu malu. Yoona… nama gadis itu selalu berada diingatan Siwon, kapan pun dan dimana pun.

Tak lama, Siwon mulai menyatakan cinta. Ya… Cinta monyet pastinya dan kencan pertama mereka terjadi karena gandengan tangan Yoona yang lembut menuntunnya ke padang rumput tempat tumbuh banyak bunga Dendilion. Bunga liar bertopi putih.

“Ini tempat favoritku. Hanya kau yang aku beritahu.” Itu kalimat Yoona yang selalu Siwon ingat. Bukankah itu manis? Yoona hanya memberitahu tempat favoritnya hanya kepada Siwon yang tersenyum lebar kala itu.

Mereka sering menghabiskan waktu disana. Menikmati senja sembari berbaring di padang Dandelion bertemankan angin yang bertiup lembut.

Siwon tahu, Dandilion berarti banyak untuk Yoona. Melewati bunga itu Siwon sering melihat Yoona berbicara ketika rindu pada orang tuanya yang telah tiada. Yoona meniup benih bunga putih itu yang terbang jauh, berharap pesan rindunya dapat sampai kepada orangtuanya di surga sana.

Yoona sering menangis, membuat Siwon tak tega. Yoona memang berusaha kuat, seperti bunga Dandelion kesukaannya. Namun sisi rapuh gadis itu hanya Siwon yang tahu. Cinta yang Siwon rasakan bukanlah sekedar main-main. Ia benar-benar bertekad untuk membahagiakan Yoona, suatu saat nanti. Rindu akan orangtuanya bagaikan angin yang meniup bunga Dandelion sehingga benihnya terbang jauh entah kemana, sama seperti rindu Yoona yang entah kapan bisa terjawab.

***

Siwon merengkuh Yoona dalam pelukan hangatnya. Barusan Yoona kembali meniup benih bunga Dandelion dengan banyak kalimat rindu kepada orangtuanya. Gadis cantik itu menangis untuk kesekian kalinya. Siwon mengeratkan pelukannya. Erat, agar Yoona tahu bahwa ada dirinya yang akan menjadi tempat bersandar.

“Sudahlah Yoong, Ayah dan Ibu mu pasti bahagia melihatmu sekarang. Kau bukan gadis rapuh, kau gadis yang kuat. Aku akan selalu ada untukmu,” Siwon berkata lembut sekali di telinga Yoona.

“Aku merindukan mereka,” isak Yoona.

“Mereka juga pasti sangat merindukanmu Yoong. Jangan menangis lagi sekarang,” ucap Siwon berusaha membuat Yoona tenang akan perasaan rindunya. Pelukan itu di lepaskan oleh Yoona, Ia mengusap airmatanya sendiri kemudian tersenyum manis sekali kepada Siwon yang ada di hadapannya.

“Sekarang tiup lagi bunga Dandelion itu dan sampaikan kepada Ayah dan Ibumu bahwa ada aku yang menjagamu disini.” Siwon memetik setangkai bunga Dandelion dan menyerahkan kepada Yoona.

“Ayah, Ibu, aku baik-baik saja. Disini aku sangat merindukan kalian. Tapi tenanglah, ada seorang lelaki yang siap menjagaku setiap saat. Lelaki yang sangat aku sayangi. Ayah, Ibu aku mencintai kalian.” Yoona meniup bunga Dandelion di tangannya. Menerbangkan benih-benih kecilnya ke angkasa. Membuat benih itu terbang tinggi menyampaikan pesannya kepada orangtuanya di surga.

Siwon kembali memeluk Yoona. Mendekapnya sayang dengan perasaan cintanya yang luar biasa besar. Baginya Yoona adalah segalanya. Seperti bunga Dandelion, Siwon ingin selalu menjaga bunganya setiap saat. Melindungi Yoona selamanya.

Percayalah, kau dan aku memang di takdirkan bersama. Aku akan selalu menjagamu, Dandelion ku… –Siwon-