Don’t Say Goodbye

Title: Don’t Say Goodbye (Oneshoot)

Main Cast:

  • Donghae Super Junior
  • Jessica SNSD

 

Genre: Romance

Author: Kim Hyera

Dislamier:

                This FanFic is not mine, but my friend wrote (Park Hee Jin). I just help her to publish this FanFic, because she doesn’t have any blog. So give your comment, please.

Jessica P.O.V

Langit sore mulai berganti warna seiring luruhnya mentari. Semilir angin asyik bermain di anak rambutku. Suara deburan ombak mengalun merdu. Pemandangan yang sangat indah, tapi tetap saja tak mampu mengusir mendung di hatiku.

Kuhela nafas panjang, sekali, dua kali, tetap saja hati ini terasa sesak. Secangkir teh yang ku pesan mulai dingin tanpa kusentuh. Kebisuan menggantung di udara.

“Tapi kenapa?” Aku mencoba untuk tetap tabah, meski rasa sakit mulai menggerogoti hatiku sedikit demi sedikit.

“Ada apa? Katakan apa masalahnya? Kita pasti bisa cari jalan keluar yang lebih baik.”

Diam. Tak ada penjelasan sedikit pun. Sorot matanya menatapku dingin, sedingin ucapannya yang tak pernah ingin aku dengar.

“Maaf, aku tidak mencintaimu lagi.”

Aku sadar akan kesungguhan perkataannya. Dia tidak pernah terlihat seyakin ini sebelumnya.

“Tapi apa salahku? Katakan saja, aku pasti bisa berubah,” ucapku berusaha tegar.

“Kau tidak salah.”

“Lalu apa?” tanyaku lagi melawan rasa sakit yang sedari tadi menggerogoti.

“Apa semua harus dengan alasan yang detail? Bukankah kita memulai hubungan ini dengan kalimat ‘Aku mencintaimu’. Lalu mengapa tidak bisa mengakhirinya dengan kalimat ‘Aku tidak mencintaimu lagi’, “ ucapnya santai.

Satu per satu air mata jatuh membasahi pipiku. Sakit. Tapi dengan bodohnya aku tetap mengemis. “ Tapi aku masih mencintaimu. Aku…”

“Maaf— tapi aku  tidak lagi! Sama sekali tidak,” potongnya tegas. “Saat aku yakin kalau aku mencintaimu— aku pasti kembali,” sambungnya lagi.

“Aku kutunggu!” ucapku yakin.

“Jangan!” Dan dia pun berlalu. Pergi dengan membawa semua harapan yang ku titipkan padanya. Pergi setelah dia menyakiti hati yang dulu ku beri.

***

 

Jepang— Tokyo dini hari 03.44

Drttt…drttt..drttt…

Kujangkau ponsel yang telah membangunkanku. Hmm…Sunny. Siapa lagi yang akan mengubungiku kalau bukan dia.

“Yeah…” jawabku malas.

“Lagi tidur?” tanyanya polos di seberang sana.

“Tidak. Maksudku tidak lagi!” jawabku sedikit kesal. Kudengar ia terkekeh sebentar sebelum melanjutkan pembicaraan.

“Maaf. Lalu bagaimana? Kapan kau balik ke Seoul?” tanyanya. Pertanyaan yang saat ini tak mau ku dengar.

“Entahlah, belum ada niat,” jawabku dengan nada malas seperti di awal.

“Hei! Kapan kau berhenti?” tanyanya lagi. Aku tak mengerti.

“Berhenti apa?”

“Kapan kau berhenti melarikan diri?” jelasnya.

“Belum ada yang bisa membuatku berhenti. Aku juga belum pulih benar. Semuanya masih membayangiku,” jawabku kemudian membuka jendela kamar. Dua tahun ku habiskan waktu di kota Tokyo.

“Sejauh apa pun kau lari. Kau tidak akan bisa melupakannya, Sica. Kau membawanya lari bersamamu. Pulanglah,” ucapnya kemudian memutuskan sambungan. Kuhirup udara pagi disini. Haruskan aku kembali?

***

Hujan telah reda sejak tadi. Dingin. Aku menyembunyikan kedua tanganku di balik hoodie terbaikku. Berharap mendapat sedikit kehangatan. Tinggal beberapa anak tangga lagi untuk sampai di menara Namsan di kota Seoul. Dan— hah! Sampai juga akhirnya.

Di belakangku, Sunny tertinggal cukup jauh. Kupejamkan mata. Melihat kembali apa yang telah tejadi padaku di tahun-tahun sebelumnya dengan pikiran yang lebih jernih.

“Kau menyesal?” suara Sunny membawaku kembali dari masa lalu.

“Akhirnya kau sampai juga,” ucapku tak menjawab pertanyaannya.

“Kau menyesal?” ulangnya.

“Menyesal untuk apa? Menyesal pulang?” ucapku. “Aku menyesal untuk setiap detik yang terbuang hanya untuk mengasihani diriku dan untuk melupakan semua kenangan tentang dia,” jawabku memandang lurus ke depan.

“Mungkin setiap orang akan melakukan hal yang sama, Sica. Reaksi yang cukup wajar. Tapi aku hanya ingin berkata, kembalilah dengan Donghae Oppa. Beberapa minggu ini dia mencarimu. Aku tidak tahu alasan apa lagi tentang keberadaanmu. Sepertinya dia benar-benar mencarimu. Temuilah dia, Sica,” ucap Sunny memandangku lekat. Aku balas menatapnya.

“Jadi ini alasanmu menyuruhku pulang? Aku tak mau bertemu dengannya!” jawabku tegas. Sunny menggenggam tanganku.

“Aku mohon temuilah dia. Besok, ia menunggumu di Discovery Mall. Aku akan memberitahunya terlebih dahulu tentang kedatanganmu,” ucap Sunny kemudian tersenyum.

“Akan aku usahakan,” jawabku lirih. Kenapa harus seperti ini? Aku tak mau kembali lagi ke masa lalu.

***

Discovery Mall – Seoul

Aku duduk berhadapan dengannya. Dia tak banyak berubah. Hanya saja lebih pendiam. Sedari tadi tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Hanya satu kalimat selamat datang yang ia ucapkan tadi, saat aku tiba.

“Aku mohon kembalilah padaku.”

Kalimat itu yang membuatku terhenyak kaget. Aku masih diam tak bersuara. Rasa terkejutku masih sangat besar. Ini efek dari ucapannya tadi.

“Sica, kembalilah padaku,” ulangnya lagi kemudian menatap mataku. Ku palingkan tatapan darinya. Tatapan itu yang dulu selalu membuatku berdebar. Sekarang pun tak berubah.

“Sica…” panggilnya.

“Tak perlu memintaku kembali. Bukan aku yang pergi— tapi kau!” ucapku penuh penekanan.

“Kalau begitu aku ingin kembali, Sica. Aku masih mencintaimu,” ucapnya lembut sambil meraih tanganku ke genggamannya.

Aku terdiam. Dia pun terdiam. Menunggu  salah satu dari kami kembali bersuara.

“Sica, jangan buat aku menunggu. Aku mohon. Kau sudah sangat mengenalku. Apa lagi yang kau pikirkan?” ucapnya kembali membuka suara.

“Tidak ada yang bisa membuatku yakin, kalau kau tidak akan mengulanginya lagi,” ucapku pelan. Entah lah ia mendengar atau tidak.

“Aku sudah minta maaf, Sica. Yang lalu, lupakan saja lah. Siapa saja bisa melakukan kesalahan, aku hanya manusia biasa.” Ucapannya membuatku kesal. Santai sekali ia berkata.

“Aku tak akan mengulanginya lagi. Janji!” ucapnya kemudian tersenyum. Kekesalanku semakin menjadi!

“Hanya manusia biasa! Semoga kau cukup kreatif membuat alasan untuk kesalahan-kesalahan mu yang lain!” ucapku sinis. Memandang wajahnya yang terkejut akibat ucapanku tadi. Kemudian melepas genggamannya dengan kasar.

“Aku ingin kau kembali padaku, Sica. Hanya satu kesempatan lagi, dan aku akan membuktikannya padamu. Aku akui dulu aku salah. Maaf! Maaf! Maaf! Maafkan aku!” ucapnya.

Dengan penuh amarah kuletakkan kembali secangkir teh yang tadinya hendak ku teguk. “Tapi betapa mesranya kau dan Yuri tepat di depan mataku! Kalau kau masih mencintaiku, kau tak perlu pacaran dengannya sampai setahun!” ucapku dengan nafas memburu.

“Aku tahu bahwa aku salah. Aku akan jelaskan semuanya padamu. Tapi kau harus ikut aku ke suatu tempat.” Tanpa persetujuan, ia langsung menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya.

***

“Kenapa kita kesini?” tanyaku heran ketika kami sampai di sebuah pemakaman.

“Ayo ikut aku,” ucapnya menarik tanganku lagi.

Langkahnya berhenti di sebuah batu nisan yang bertuliskan nama, Kwon Yuri. Aku terdiam. Dan suasanan menjadi hening.

“Kenapa kau menunjukkan ini padaku?” tanyaku menatap kedua bola matanya.

“Akan aku jelaskan semuanya padamu. Aku mohon dengarkan aku,” ucapnya kemudian memulai cerita.

“Saat kita putus, sebenarnya aku tak ingin melakukannya. Aku menyesal karena telah memutuskan suatu ikatan yang telah kita rajut. Aku berhubungan dengan Yuri bukan karena cinta, dan bukan karena suka. Tapi aku melakukan untuk orang tua ku. Karena saat itu, Yuri sedang terbaring sakit dan butuh seseorang yang terus ada di sisinya. Yuri mengidap kanker otak stadium tiga. Aku merasa iba melihatnya terbaring lemah. Aku menyayanginya cukup sebagai adikku saja.”

Penjelasannya membuatku sedih dan menyesal. Sejahat itu kah aku kepadanya dan juga Yuri? Maaf. Aku juga tak tahu kalau sebenarnya seperti ini.

“I wan’t you back, please. Just one more chance and I’ll prove it to you,” pintanya lirih. Aku tersenyum kemudian memeluknya erat.

***

Dua tahun sudah kulewati hidupku bersama Donghae Oppa. Dan sekarang kami telah memiliki seorang putri.

“Sayang, ayo kita bersiap. Sebentar lagi Appa akan menjemput kita,” ucapku membelai lembut rambut putri ku.

“Kalian mau kemana? Tinggallah semalam disini. Aku masih ingin bermain dengan putrimu.”

Sunny, sahabatku selalu membuatku tersenyum jika di dekatnya. Selama ini ia juga ikut mengasuh putri ku, saat aku sibuk.

“Gomawo untuk semuanya, Sunny-ah. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah ku miliki,” ucapku tulus. Ia tersenyum.

“Arraseo. Jika ada waktu, datanglah lagi,” ucapnya sembari mengantarku ke depan pintu rumahnya.

“Annyeong!” ucapku kemudian melangkah keluar.

Kulihat mobil Donghae Oppa telah menunggu. Ia membukakan pintu untukku.

“Sunny-ah, kami pulang dulu,” ucap Donghae Oppa sembari melambaikan tangannya.

Kemudian kami melesat pergi dari halaman rumah Sunny yang banyak di tumbuhi bunga Chrysanthemum Kuning. Bunga yang melambangkan kegembiraan dan juga keceriaan, sama seperti sifat Sunny.

***

Donghae P.O.V

Di dalam mobil suasana hening. Kulihat ke sebelah kananku, Jessica tertidur dan memeluk putri kami yang cantik. Aku kasihan melihat wajah Jessica yang terlihat letih. Pasti ia lelah menjaga putri kami.

“Gomawo yeobo” bisikku pelan, agar tak membuatnya terjaga.

Aku memasukkan mobilku ke garasi, kemudian menggendong putri ku masuk ke dalam kamarnya. Wajahnya yang terlelap bagaikan malaikat. Ya. Dia memang malaikat yang membuat hidupku sempurna dan indah.

“Oppa, mau aku buatkan secangkir cokelat panas?” suara Jessica membuatku mengalihkan pandangan.

Aku tersenyum melihatnya, kemudian menarik tangannya keluar kamar puteri kami, agar tak mengganggu tidur lelapnya.

Donghae P.O.V end

***

Jessica P.O.V

“Aku mencintaimu,” ucap Donghae Oppa tiba-tiba. Kemudian memeluk tubuhku erat. Kuhirup aroma tubuhnya yang selalu membuatku nyaman dan tenang.

“Aku juga mencintaimu. Jangan pernah meninggalkanku lagi dan mengucapkan kalimat ‘Aku tidak mencintaimu lagi’ seperti dulu,” ucapku di dalam pelukannya.

“Tak akan— Selamanya, aku akan mencintaimu,” ucapnya kemudian mencium bibirku lembut. Ciuman sayangnya, yang selalu membuat jantungku berlomba.

“Cokelat panas?” tawarku setelah ciuman kami berakhir.

“Aku tak akan menolak.”

Menyesap secangkir coklat panas, di tengah musim gugur ini. Dan bersama seseorang yang sangat aku cintai. Ah, rasanya hidupku benar-benar sempurna.

-THE END-

Annyeong!! Annyeong! Aku kembali setelah hiatus selama seminggu karena UTS. Gimana ceritanya? Sedih gak? Tapi happy end kan?

Oke deh aku tunggu komentar dari kalian. BE A GOOD READER’S! OKEY!!! J

11 thoughts on “Don’t Say Goodbye

  1. wah ff haesica baru nih.
    ehm tadi pas awal-awal baca jadi kesel dh ke haepanya.
    jaat n kejam mutusin sica eon dengan gampangnya:((

    tapi pas baca ke bawah,ternyata eh ternyata.
    ada alasan d balik semua itu.

    dan senanagnya haesica bersatu n punya anak juga.
    yeah yeah happy ending^^

  2. wowowo..
    so sweet dah.. kasih 1.000 jempol (?)#plak ,deh buat yang bikin FF #Jempolnya minjem ke semua orang.
    HaeSica Is The Best.
    Terus berkarya ya..

  3. terlalu pendek saeng ceritany*namanya juga oneshort -___-
    tapi ceritanya bagus ga berteletele . awalnya dibikin kesel gara gara donghae oppanya jahat tapi ditengah tengah dijelasin kenapa donghae oppa melakukan itu da akhirnya happy ending mereka berdua memiliki malaikat kecil diantara mereka 😀
    akuu suka waktu donghae bilang gini “Apa semua harus dengan alasan yang detail?
    Bukankah kita memulai hubungan ini dengan
    kalimat ‘Aku mencintaimu’. Lalu mengapa tidak
    bisa mengakhirinya dengan kalimat ‘Aku tidak
    mencintaimu lagi’, “.
    tuh kalimat bener jugaaa kalau dipikir” . kekekekeke ~

  4. oh itu alasan donghae oppa ninggalin sisca eonni, mulia bngt meskipun hrus melukai perasaan sica eonni.
    tapi meskipun begitu akhirnya happy end yeee ^_^

Tinggalkan Balasan ke ressa annisa Batalkan balasan